Jumat, 04 Mei 2012

Sejarah Qubbat al-Shakhrah


Di bawah kekhalifahan Umar, umat Islam menaklukkan Yerusalem. Singkat cerita, Umar pun datang ke Yerusalem dan tersepakatilah sebuah perjanjian yang disebut “perjanjian Aelia”. Ada peristiwa yang menarik setelah perjanjian itu, yaitu ketika Umar mau salat dan bertanya kepada seorang Patriak:



Umar : Patriak, di mana saya harus salat?

Patriak : Salatlah di situ (maksudnya di gereja Kiamat)!

Umar : Tidak, saya tidak mau salat di situ.

Kemudian Umar turun sedikit ke anak tangga, lalu salat sendirian di gerbangnya, mungkin salat syukur, karena telah bisa menaklukkan Yerusalem. Setelah selesai salat terjadi dialog lagi:

Umar : Patriak, tahukah Anda kenapa saya tidak mau salat di dalam gereja Anda?

Patriak : Tidak, memangnya kenapa?

Umar : Kita ‘kan dalam suasana perang, kalau saya salat di dalam gereja Anda, Anda nanti akan kehilangan gereja, karena orang-orang Islam itu akan mengira bahwa gereja ini telah menjadi Masjid.

Atas peristiwa itu, Gereja Kiamat sampai sekarang masih tetap bertahan. Hanya, di depannya kemudian didirikan masjid kecil. Ini sesuai dengan wasiat Umar, “Di sini boleh dijadikan tempat untuk salat, akan tetapi tidak boleh ada jamaah dan tidak boleh ada adzan.” Meskipun kecil, masjid tersebut dibuat tinggi sekali supaya bisa lebih tinggi dari gereja. Secara simbolik, berarti orang Islam tidak boleh kalah. Itulah yang disebut masjid Umar. Akan tetapi yang lebih penting ketika itu ialah pertanyaan Umar kepada Patriak, “Patriak, menurut Nabi Muhammad saw, Nabi Sulaiman dulu pernah membuat masjid, dan Nabi Muhammad pernah berkunjung ke situ, di mana bekas masjidnya Nabi Sulaiman itu?”

Mula-mula Patriak ini takut menjawab karena kalau nanti Umar tahu pasti akan marah, sebab sudah menjadi tempat pembuangan sampah. Konon, oleh Patriak ditunjukkan tempat yang bagus-bagus tetapi Umar selalu menolak. Akhirnya, terpaksa Umar dibawa ke tempat velbak. Dan benar bahwa Umar sangat marah. Ibn Taimiyah melukiskan sebagai berikut, “Umar pun masuk ke dalam kompleks masjid itu dan di atas Shakhrah didapatinya tumpukan sampah yang menggunung yang diletakkan di sana oleh orang Kristen sebagai penghinaan kepada orang Yahudi.” Umar kemudian memerintahkan kepada Patriak itu untuk memimpin membersihkan velbak dan diberi bagian yang paling kotor, yaitu kotoran manusia. Tetapi setelah itu Umar sendiri menyingsingkan lengan baju dan turut membersihkan sampah itu sampai bersih. Dan ketika Sakhrah terlihat, Umar berkata, “Inilah yang dilukiskan oleh Nabi kepada kami.” Dia merasa yakin bahwa inilah yang dia cari. Kemudian Umar bertanya kepada Ka’ab, salah seorang sahabat Nabi bekas seorang Yahudi,”Hai Ka’ab, sekarang kita harus salat, di mana sebaiknya kita harus salat?” “Di sini, dari titik Sakhrah, ke sebelah Utara (maksudnya sekaligus menghadap Shakhrah dan Ka’bah di Makkah),” Jawab Ka’ab. Umar berkata sambil marah, “Kamu ini masih Yahudi juga, masa kita disuruh menyembah Shakhrah.”


Umar kemudian memilih tempat sebelah selatan, membelakangi Shakhrah dan menghadap Ka’bah. Inilah yang kelak akan didirikan masjid oleh Ibn Abdul Malik. Sedangkan di atas Shakhrah didirikan sebuah monumen yang sampai sekarang masih megah berdiri dan termasuk bangunan yang paling indah di muka bumi, yaitu Qubbat al-Shakhrah (The Dome of the Rock) oleh Abdul Malik ibn Marwan, kurang lebih pada abad ke-7, jadi lebih tua sedikit dari Borobudur.


Sekarang, mengapa Nabi Muhammad pergi ke Yerusalem dalam Isra? Jelas itu semacam kunjungan kehormatan, karena memang sebagian besar nabi-nabi yang kita hafal namanya adalah tokoh-tokoh Palestina, kecuali yang bukan adalah–kalau kita urut–Adam, Idris, Nuh, Saleh, Hud dan Ibrahim, karena waktu itu orang Yahudi belum ada. Tetapi setelah Ibrahim, mulai dengan Ismail, Ishak dan Yakub, itu hampir semuanya adalah tokoh-tokoh Yerusalem sampai dengan Nabi Isa al-Masih.

Jadi Nabi itu menunjukkan bahwa beliau telah datang untuk mengakhiri deretan semua Nabi, maka terjadilah salat dan beliau menjadi imam. Dan lagi bahwa mereka itu sama-sama keturunan Nabi Ibrahim. Para Nabi itu adalah “misanan” dengan Nabi Muhammad saw. Ketika Nabi Ismail lahir kemudian disusul oleh Nabi Ishak, Allah swt memang mengatakan bahwa perjanjian-Nya kepada Ibrahim akan melalui Ishak, maksudnya perjanjian untuk melahirkan nabi-nabi. Sedangkan melalui Ismail, akan ada hanya satu Nabi. Akan tetapi keturunan Ismail akan menjadi bangsa yang besar sekali. Dari keturunan Nabi Ismail itu hanya Nabi Muhammad saw, sementara dari keturunan Ishak banyak sekali. Akan tetapi, meskipun cuma satu keturunan Nabi Ismail, yaitu Nabi Muhammad saw, karena fungsinya sebagai penutup dari semua nabi, maka bangsa yang dipimpinnya itu akhirnya menjadi besar sekali dan menguasai seluruh Timur Tengah sekarang ini sampai ke Spanyol dan India di sebelah Timur. Jadi janji Allah swt kepada Ibrahim ternyata benar.

Begitulah. Kalau ada orang yang tidak percaya Isra-Mikraj itu terjadi, biasanya hanya karena waktu itu secara fisik masjid Nabi Sulaiman tidak ada dan sebagainya. Dan itu tidak relevan

Di dalam kubah shakhrah

Tempat Nabi Muhammad saw akan naik ke langit yang kita kenal dengan peristiwa Isra Mi'raj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer

Jadwal Sholat